Ibu selalu mementingkan adikku,hanya karena dia terkena penyakit gagal ginjal,bukan berarti Ibu harus memalingkan perhatiannya dari aku.
Setiap hari,sepulang sekolah,aku selalu diminta untuk menjaga adikku,umurnya memang masih 9 tahun,untuk penyakit yang dideritanya memang terlalu berat,tapi aku juga remaja,aku ingin merasakan kehudupanku sendiri,bersenang-senang,berpesta,dan hal lainnya,bukan duduk terus menerus untuk mengawasi adikku.
Sejak ayah meninggalkan rumah untuk wanita lain,semuanya berubah.
Bill divonis menderita gagal ginjal kronik,dia hanya bisa berbaring di tempat tidur,terkadang dia juga muntah-muntah dan merasa pusing.Ibu tidak bisa berbuat banyak,penghasilannya hanya bisa digunakan untuk makan sehari-hari dan untuk kebutuhan sekolahku.Aku terkadang marah kepada Tuhan,mengapa harus kami yang mengalaminya,kami sudah cukup menderita dengan kepergian Ayah,apakah Engkau memiliki hati.
Setiap malam,aku hanya mendengarkan adikku bercerita sampai tengah malam,terkadang dia bertanya mengapa ayah meninggalkan kami,pertanyaan yang benar-benar sulit untuk aku jawab,dia juga menceritakan cita-citanya menjadi seorang pemain rugby,di depannya aku selalu tersenyum mendengar setiap ceritnya,tapi di dalam hatiku,aku marah,mengapa kau menjadi adikku,kau hanya bisa merepotkanku.
Sampai suatu malam,aku bertengkar hebat dengan Ibu di samping kamar adikku,aku hanya ingin keluar sebentar,bermain bersama teman yang lain,tapi Ibu selalu melarangku,lagi-lagi karena aku harus menjaga adikku.
Bill mendengar semuanya,sampai pada keesokan paginya,aku mendengar Adikku dan Ibu sedang bercerita,aku mencoba mendengarkannya dari balik pintu kamar.
"Ibu,tidak apa-apa jika Herry ingin bersenang-senang,dia sudah besar,dia sudah tau mana yang terbaik buat dia" kata Bill dengan suaranya yang polos
"Tapi kamu masih sakit nak,kalau kamu terus sakit,kamu tidak bisa menjadi pemain rugby" jawab Ibu
"Aku sudah tau semuanya Bu,aku terkena penyakit mematikan,dan mungkin hidupku tidak lama lagi"
Mendegar semua itu,aku sangat tersentak,air mataku tiba-tiba menetes.Kami memang merahasiakan semuanya dari Bill bahwa dia terkena penyakit mematikan,tapi bagaiman dia bisa tau semuanya.Aku menuju ke kamarku,aku merasa sangat malu pada diriku,Bill ternyata sudah tau kalau dia terkena penyakit gagal ginjal kronis,tapi dia masih bisa tersenyum,dia masih bisa mempunyai cita-cita,padahal penyakitnya sangat parah."Manusia macam apa aku ini ?" tanyaku dalam hati.
Aku hanya menyia-nyiakan hidup adikku.
Keesokan harinya,sepulang sekolah,aku langsung menemui adikku,aku ingin bercerita banyak dengan dia.Saat aku memasuki kamarnya,dia sedang menggambar sesuatu,aku datang menghampirinya,dia tersenyum padaku,dan memasukkan gambar itu ke dalam amplop.
"Itu gambar apa ?" tanyaku
"Ini gambar sesuatu yang bisa membuatku sangat bahagia"
"Hmm...sesuatu yang bisa membuatmu bahagia,apa itu ?" tanyaku lagi dengan penasaran
"Suatu saat nanti pasti kakak akan tau,jika aku sudah pergi bersama dengan Tuhan"
Kupalingkan wajahku dari dia,aku ingin sekali menangis,tapi aku akan mencoba untuk selalu tersenyum di depannya.Aku akan coba untuk membuat hari-harinya bahagia,walaupun aku tau hidupnya tidak lama lagi.Semalaman kami terus bercerita dan tertawa.Saat dia tertidur,aku berada di sisinya,memeluk erat tangannya dan berdoa,semoga Tuhan tidak mengambilnya dariku.Setiap hari,kami selalu bersenang-senang.Ibu pun mulai bangga denganku.Ini memang tidak seperti kebahagiaan yang aku bayangkan,tapi ini sangat membuatku bahagia.
Suatu malam,seorang teman mengajakku keluar untuk jalan-jalan,Ibu mengijinkan aku,dengan syarat pulang sebelum tengah malam,Bill pun merasa senang dengan hal itu,dan aku mengecup dahinya sebelum pergi.Aku dan teman-temanku bersenang-senang,menikmati masa remajaku,tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam,ternyata aku sudah keasyikan,aku pun segera mengambil motorku dan kembali pulang.Di perjalanan kulihat sebuah toko yang terbuka dengan lampu kelap-kelip di sekitarnya.Ku hentikan motorku,dan masuk ke dalam toko.Ternyata mereka menjual pernak-pernik olahraga,benar-benar pas,aku segera mencari pernak-pernik olahraga rugby,dan akhirnya aku melihat sebuah bola rugby dengan tulisan "Winner" pada kulit bolanya,tanpa pikir panjang,aku segera membelinya.
Sesampainya di rumah,nuansanya tiba-tiba berubah,ruangan benar-benar sepi,terdengar suara dari lantai dua,aku pun segera menuju ke atas,kubuka pintu kamar Bill,terlihat Ibu,Paman dan Bibi Grey serta sepupu Lind yang mengelilingi tempat tidur Bill,aku bertanya dalam hatiku,apa yang terjadi,aku segera berlari menuju tempat tidur,kulihat Bill sedang terbaring lemas dengan wajah pucat di tempat tidur,aku segera menghampirinya dan memeluknya,aku tak bisa menahan air mataku.Bill tersenyum padaku.
"Bagaimana dengan kehidupan remajanya kak,bukankah menyenagkan ?" tanya Bill dengan terengah-engah
"Iya" jawabku dengan air mata yang terus menetes.
Sekali lagi,ia melontarkan senyumnya padaku,aku benar-benar terharu.Ku keluarkan bola rugby yang tadi aku beli,dan kuberikan padanya.Dia tersenyum lebar,aku yakin dia sangat senang,tapi tidak kuat untuk berbicara.Ibu hanya memandangi Bill dengan wajah yang pasrah.Aku memeluk Bill dengan erat,aku terus berdoa kepada Tuhan.
"Jangan Engkau ambil Bill dariku Tuhan,aku sangat menyayanginya"
kemudian Bill mencoba menggerakkan tangannya,dan mengambil amplop dari meja di samping tempat tidurnya.Dia memberikannya padaku.
Wajah Bill tambah pucat.Keringatnya bercucuran,dan nafasnya terengah-engah.Dia sudah tidak bisa bergerak,aku memegang erat tangannya,dan membisikkannya
"Selamat jalan Bill,kau akan berada bersama Tuhan di tempat yang lebih indah.Suatu saat nanti aku akan menyusulmu"
Bill pun menutup matanya dengan senyum,dan pergi untuk selama-lamanya.Semuanya mengeluarkan air mata.
Bill memang kasihan,umurnya masih 9 tahun dan dia harus menerima cobaan yang berat,tapi dia selalu tersenyum dan punya ambisi yang kuat.
Seminggu setelah kepergian Bill,aku menuju ke kamarnya,dan mengambil amplop yang pernah dia berikan kepadaku,kubuka amplopnya,dan kekeluarkan selembar kertas dari dalamnya.Aku melihat gambarnya dan tersenyum
"Setidaknya,aku sudah memberikan kebahagiaan yang kau inginkan Bill" kataku dalam hati.
Aku menyimpan amplop itu dalam sakuku dan meninggalkan kamarnya.
drawing from Bill (Ibu,Herry dan Bill dengan bola rugby di tangannya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar